Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan
Dewasa ini sejumlah pembaruan sedang diayunkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Fokus pembaruan diletakkan pada tingkat sekolah. Karena disadari bahwa sekolah merupakan gardan terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem yang tersusun dari komponen konteks, input, proses, output dan outcame.
Penjaminan mutu merupakan kata kunci yang menjadi fenomena dalam dunia pendidikan, hal ini terjadi seiring dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan. Implementasi dari kedua payung hukum tersebut di lakukan oleh pemerintah, antara lain dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah. Salah satu isi dari PerMendiknas tersebut adalah kompotensi manajerial, kepemimipinan merupakan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Disamping itu pelaksanaan Otonomi Daerah mengharuskan kepala sekolah untuk mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi peraturan yang berlaku di daerah masing masing.
Atas dasar pokok pikiran
tersebut maka kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan dalam bidang
kepemimpinan. Sekolah dasar merupakan salah
satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan dasar. Dalam
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 telah disebutkan
bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Berdasarkan
rumusan tersebut, dapat digarisbawahi bahwa sekolah dasar sebagai lembaga
pendidikan dasar diharapkan bisa berfungsi sebagai: (1) peletak dasar
perkembangan pribadi anak untuk menjadi warga negara yang baik, (2) peletak
dasar kemampuan dasar anak, dan (3) penyelenggara pendidikan awal untuk
persiapan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pendidikan
menengah. Kemampuan dasar utama yang diberikan kepada anak sekolah dasar adalah
kemampuan dasar yang membuat bisa berpikir kritis dan imajinatif yang tercermin
dalam modus kemampuan menulis, berhitung dan membaca. Ketiga aspek kemampuan
dasar tersebut merupakan kemampuan utama yang dibutuhkan dalam abad informasi. Sekolah dasar merupakan salah satu organisasi
pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan dasar. Dalam peraturan
pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 telah disebutkan bahwa
pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Berdasarkan
rumusan tersebut, dapat digarisbawahi bahwa sekolah dasar sebagai lembaga
pendidikan dasar diharapkan bisa berfungsi sebagai: (1) peletak dasar
perkembangan pribadi anak untuk menjadi warga negara yang baik, (2) peletak
dasar kemampuan dasar anak, dan (3) penyelenggara pendidikan awal untuk
persiapan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pendidikan
menengah. Kemampuan dasar utama yang diberikan kepada anak sekolah dasar adalah
kemampuan dasar yang membuat bisa berpikir kritis dan imajinatif yang tercermin
dalam modus kemampuan menulis, berhitung dan membaca. Ketiga aspek kemampuan
dasar tersebut merupakan kemampuan utama yang dibutuhkan dalam abad informasi. Keberhasilan organisasi sekolah banyak ditentukan
keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan peranan dan tugasnya. Peranan
adalah seperangkat sikap dan perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan
posisinya dalam organisasi. Peranan tidak hanya menunjukkan tugas dan hak, tapi
juga mencerminkan tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi.
Ada
banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah dasar. Campbell,
Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala
sekolah dasar, yaitu: (1) peranan yang berkaitan dengan hubungan personal,
mencakup kepala sekolah sebagai figurehead
atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan liaison atau
penghubung, (2) peranan yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala
sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan
organisasi, dan (3) peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang
mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance handler,
penyedia segala sumber, dan negosiator.
Berdasarkan
landasan teori tersebut, dapat digaris bawahi bahwa tugas-tugas kepala sekolah
dasar dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi
dan tugas-tugas di bidang supervisi. Tugas
di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan
pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan
sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi
dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan
komponen organisasi sekolah yang berupa benda.Tugas
di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan
pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha
memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan
situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah
meningkatkan hasil belajar siswa.
Istilah
kepemimpinan bukan merupakan istilah baru bagi masyarakat. Di
setiap organisasi, selalu ditemukan seorang pemimpin yang menjalankan
organisasi. Pemimpin berasal dari kata “leader”
yang merupakan bentuk benda dari “to lead”
yang berarti memimpin. Untuk memahami pengertian kepemimpinan secara jelas,
maka perlu dikaji beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan. Keberhasilan
kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan
kepala sekolah. Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam
menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah. Keberhasilan kepala sekolah
dalam mengelola kantor, mengelola sarana prasarana sekolah, membina guru, atau
mengelola kegiatan sekolah lainnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala
sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan
anggota secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan bisa
terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota
secara efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas, bagaimana peranan kepemimpinan dalam
pengelolaan sekolah, maka perlu diuraikan tentang kunci sukses kepemimpinan
kepala sekolah.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Sukses
Kepemimpinan kepala sekolah yang baik
dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal, dan termotivasi untuk
melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu, keberhasilan
kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari performansi anggota. Salah satu
faktor yang menunjukkan performansi anggota adalah semangat kerjanya. Semangat
kerja bisa juga diartikan kegairahan kerja. Semangat kerja merupakan salah satu
faktor utama yang menentukan terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas. Bila
seseorang memiliki semangat kerja yang tinggi akan melaksanakan tugas secara
optimal. Sebaliknya, bila seseorang kurang memiliki semangat kerja yang baik,
tidak akan bisa melaksanakan tugas secara optimal.
Kepala
Sekolah harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan wakil dan staf
pengajarnya, termasuk komunitas sekolah lainnya. Dari hasil penelusuran terhadap
sejumlah referensi ada kunci-kunci paling fundamental yang membentuk inerja
kepala sekolah yang sukses dalam memimpin sekolahnya. Berikut ini akan
disajikan knci-knci tersebut. Kunci-kuci ini diharapkan memberi kepala sekolah
suatu gambaran umum mengenai dasar-dasar pemikiran tentang upaya mewujudkan
pribadi yan cerdas dan sukses. Kunci-kunci diharapkan mampu mendorong kepala
sekolah dan komunitasnya untuk menghadapi dan keluar dari kemelut aneka krisis
yang mungkin menimpa sekolah.
Kunci Sukses Kepemimpinan Kepala Sekolah :
1. Mempercayai staf pengajar
Seorang kepala sekolah sangatlah penting mempercayai staf pengajar. Demikian halnya juga, sangat penting bagi kepala sekolah mempercayai wakilnya. Kepercayaan semacam ini sulit ditemukan pada pribadi kepala sekolah yang ingin mengarahkan sendiri setiap aspek teknis dari sekolahnya. Kepala sekolah semacam itu sangat enggan atau sulit menyerahkan kepercayaan kepada wakil atau staf pengajarnya, maupun komunitas sekolah lainnya. Akibatnya kepala sekolah agar memberi peluang kepada wakil dan staf pengajar untuk mewujudkan bakat-bakat kreatif yang ada ada mereka secara penuh. Untuk menjadi kepala sekolah yang efektif terutama pada sekolah yang besar, kepala sekolah tidak boleh sepertiitu. Sampai batas tertentu dia harus mempercayai staf pengajarnya. Kepercayaan ini perlu diseimbangkan dengan kesediaan untuk mengganti staf pengajar yang memang tidak bisa dipercaya, jika diperlukan dan memaksa, serta untuk mengambil keputusan-keputusan yang berat lainnya. Tanpa kepercayaan sikap yang saling menghargai antara kepala sekolah dan staf pengajar, atau antara kepala sekolah dengan wakilnya, sekolah yang bersangkutan akan terancam kombinasi kinerja yang buruk dan moral yang rendah. Kondisi ini akan menyebabkan sekolah tetap terjebak pada situasi krisis dan tidak akan mampu mendongkrak hasil belajar siswa.
2. Mendelegasikan Tugas Dan Wewenang
Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap permasalahan, tetapi dia tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri atau secara langsung, tetapi dapat menyerahkan tugas dan wewenang tersebut kepada wakil atau staf pengajarnya. Dengan demikian, bial masalah itu berhasil dipecahkan, staf pengajar akan memperoleh kepuasan batin yan besar dan ini sangat penting untuk merangsang motivasi dan rasa percaya diri mereka melakuka segala macam tugas dan pekerjaan sera memecahkan berbagai persoalan sendiri secara lebih baik. Meskipun sebenarnya kepala sekolah mampu mengatasi sendiri kesulitan itu lebih cepat, tetap akan lebih baik jika dia menyerahkan kepada wakil atau stafnya sebagai bahan pelatihan. Tentu saja ada kasus-kasus tertentu yang harus dikecualikan. Jika kesulitan itu begitu sulit dan berbahaya sehingga secara langsung mengancam kelanggengan sekolah, jika memang staf pengajar belum bisa diserahi tugas dan wewenang untuk mengatasinya, atau apabila yang bisa mengatasi suatu masalah memang hanya kepala sekolah, barulah dia turun tangan secra langsung dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada wakil dan staf pengajar untuk mengatasi sendiri kesulitan sendiri yang timbul, kepala sekolah dalam waktu bersamaan telah mendorong dan memupuk pertumbuhan sekolah.
3. Adiraga
Kepala sekolah tidak harus besar, tinggi, ganteng, berotot dan berkumis, tidak pula harus wanita cantik, tinggi semampai laksana bintang iklan, namun demikian, untuk menjadi kepala sekolah harus kuat secara fisik yang disebut harus adiraga. Tuntutan terhadap kepala sekolah terutama yang memimpin sekolah yang besar sangat berat. Sebaik apapun jadwal kerja harian. Mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan yang telah disusunnya, selalu saja ada saat-saat diaman tuntutan dan tekanan kerja terasa begitu berat dipikul, namun demikian, seberata tau sepusing apapun kepala sekolah harus tetap mencadangkan energi dan kreatifitasnya untuk menghadapai berbagai masalah yang rumit, krisis, dan pilihan keputusan yang menentukan. Program pembinaan serta pemeliharaan kesegaran jasmani dan intelektual sangat perlu dijalani demi terjaganya stamina kepala sekolah, khususnya dimasa-masa krisis.
4. Membagi Dan Memanfaatkan Waktu
Salah satu kelemahan utama sebagian besar kepala sekolah adalah kurannya disiplin dalam memanfaatkan setiap waktu dalam memanfaatkan setiap waktu dalam masing-masing kegiatan dalam jadwal kerja yang telah mereka susun sendiri. Artinya, jadwal yang mereka susun demikian padat, sehingga begitu sibuknya dan tidak sempat melakukan refleksi mendalam atau memformulakan perencanaan strategis. Perlu kepala sekolah camkan bahwa jam kerja yang panjang dan tingkat kesibukan yang luar biasa bukanlah ukuran efektifitasnya. Tradisi etos kerja yang diwarisi olehnya justru seringkali bersifat disfungsional atau merugikan. Mereka harus mampu mengelolah jadwal kerja mereka sendiri, bukannya justru diperbudak olehnya.
5. Tanpa Toleransi Atas Ketidakmampuan
Kepala sekolah harus bersedia menetapkan standar-standar tertentu mentaati dan memberlakukannya tanpa pandang bulu pada wakil dan seluruh staf. Kepala sekolah arus selalu memikul tanggung jawab utama terhadap keberhasilan dan terselesaikannya suatu misi. Mereka yang menghambat dan tidak mampu menunjukkan perbaikan jelas merugikan sekolah. Kepala sekolah harus memberhentikan atau mnegurangu tanggung jawab mereka yang menghalangi atau memperlambat upaya atau keberhasilan suatu sekolah. Tanggung jawab utama kepala sekolah adalah kepada institusi secara keseluruhan, bukan pada staf pengajar semata. Demikian pula setiap individu yang tidak kompeten dalam kepala sekolah terpaksa menyingkir. Karena kepentingan sekolah tidak menerima ketidakmampuan atau inkompetensi secara terus menerus, jika yang harus diberhentikan adalah mereka yang memegang posisi atau jabatan kunci misalnya wakil kepala atau bidang ahli ada baiknya jika kepala sekolah melakukan pendekatan secara pribadi.
6. Peduli Pada Staf Pengajar,
Kepala sekolah tidak boleh menganak emaskan staf pengajarnya yang berprestasi saja, tetapi juga harus memperhatikan semua bawahannya yang menunjukkan prestasi dan sikap yang baik serta memilii komitmen yan kuat terhadap pencapaian tujuan bersama. Kepala sekolah tidak boleh menyerahkan penyusunan evaluasi prestasi dan efektifitas staf pengajar kepada mereka sendiri. Karena, mereka yang tergolong asal bapak senang (ABS) akn melebih – lebihkan. Sedangkan yang rendah hati akan menulis sekedarnya, keduanya tidak baik karna tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Jadi kepala sekolah harus mnyusun sendiri untuk menjamin agar laporan evaluasi dan benar-benar objektif dan cermat.
7. Membangun Visi
Kepala sekolah mempunyai visi yang jelas tentang sekolahnya. Kepala sekolah yang tidak mampu bertindak sebagai perencana yang baik, sebenarnya tidak lebih dari petugas pelaksanan, pengawas teknis dan tukang perintah. Meskipun mereka dapat menjalankan roda sekolahnya tanpa fungsi perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan berikut suatu visi strategis, berarti kepala sekolah telah gagal melaksanakan tugas jangka panjangnya. Kepala sekolah yang sepenuhnya menyadari misinya serta nasib staf pengajarnya pasti ingin mengembangkan sekolahnya. Bila suatu saat dia harus pergi, kondisi sekolah pada saat ditinggalkannya tetap jauh lebih baik dan memiliki arah strategis yang lebih pasti dibandingkan dengan kondisi saat ia memulai kepemimpinannya. Perencanaan yang baik, penemuan tujuan secara pasti dan pengurutan skala prioritas akan dapat mewujudkan hal itu, dan sekaligus menciptakan kesinambungan.
8. Mengembangkan Tujuan Insitusi
Manusia sukses memiliki ambisi meskipun tidak boleh ambisius secara membabi buta. Tidak jarang kepala sekolah memaksakan ambisi pribadinya yang menggebu-gebu untuk memastikan bahwa pengembangan dan pematangan sekolahnya menuju tingkat kemajuan, prestasi dan kinerja yang lebih tinggi akan berlangsung secara cermat dan sistematis. Kepala sekolah yang baik adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya. Kepala sekolah yang terlalu ambisius pada akhirnya akan merugikan kepala sekolah itu sendiri, kepala sekolah akan sulit bekerja sama dengan kominutas sekolah lain, padahal pengembangan sekolah memerlukan kerjasama, akibatnya bukan menjadi sumber pemecah masalah, melainkan sumber masalah itu sendiri. Sosok Kepala sekolah yang disukai adalah mereka yang mau mengesampingkan keakuannya sendiri.
9. Cekatan, Tegas Dan Sabar
Kepala sekolah harus mendengarkan pendapat adan pandangan dari pelbagai pihak sebelum mengambil keputusan. Kadang-kadang jika situasinya memaksa, dia perlu menunda keputusan penting untuk beberapa saat sembari mencari informasi tambahan yang sekiranya bermanfaat. Kepala sekolah harus sabar menunggu saat yang benar-benar tepat. Meskipun demikian, dia tetap harus cekatan, cepat dan tegas dalam membuat keputusan. Setiap lembaga atau sekolah memerlukan keputuan yang tepat dan cepat. Jadi, yang dibutuhkan adalah kepala sekolah yang sabar sekaligus tegas dalam mengambil keputusan.
Karena keputusan itu nantinya berlaku untuk semua pihak, sedapat mungkin kepala sekolah harus berkonsultasi dengan sebanyak mungkin pihak untuk mendengarkan pelbagai pendapat, reaksi, koreksi, keberatan, tambahan masikan dan sebagainya dari staf pengajar, wakilnya, pejabat atau petugas pelaksana. Setiap rsiko harus diperhitungkan. Kalau memang masalahnya sangat peka, tidak ada salahnya jika kepala sekolah menunda dulu keputusan itu. Sikap untuk yidak mengambil keputusan sebenarnya juga merupakan suat bentuk keputusan tersendiri. Disamping itu kepala sekolah juga harus mengetahui sepenuhnya bagaimana cara mengimplementasikan atau menerapkan keutusan-keputusan yang telah ditetapkan. Keputusan yang implementasinya buruk tidak akan banyak membuahkan manfaat. Kepala sekolah harus mampu menyiapkan suatu sistem atau mekanisme implementasi untuk menjamin bahwa keputusan tidak sekedar dilaksanakan, tetapi benar-benar dilaksanakansepenuhnya, baik substansi maupun kandungan semangatnya.
1. Mempercayai staf pengajar
Seorang kepala sekolah sangatlah penting mempercayai staf pengajar. Demikian halnya juga, sangat penting bagi kepala sekolah mempercayai wakilnya. Kepercayaan semacam ini sulit ditemukan pada pribadi kepala sekolah yang ingin mengarahkan sendiri setiap aspek teknis dari sekolahnya. Kepala sekolah semacam itu sangat enggan atau sulit menyerahkan kepercayaan kepada wakil atau staf pengajarnya, maupun komunitas sekolah lainnya. Akibatnya kepala sekolah agar memberi peluang kepada wakil dan staf pengajar untuk mewujudkan bakat-bakat kreatif yang ada ada mereka secara penuh. Untuk menjadi kepala sekolah yang efektif terutama pada sekolah yang besar, kepala sekolah tidak boleh sepertiitu. Sampai batas tertentu dia harus mempercayai staf pengajarnya. Kepercayaan ini perlu diseimbangkan dengan kesediaan untuk mengganti staf pengajar yang memang tidak bisa dipercaya, jika diperlukan dan memaksa, serta untuk mengambil keputusan-keputusan yang berat lainnya. Tanpa kepercayaan sikap yang saling menghargai antara kepala sekolah dan staf pengajar, atau antara kepala sekolah dengan wakilnya, sekolah yang bersangkutan akan terancam kombinasi kinerja yang buruk dan moral yang rendah. Kondisi ini akan menyebabkan sekolah tetap terjebak pada situasi krisis dan tidak akan mampu mendongkrak hasil belajar siswa.
2. Mendelegasikan Tugas Dan Wewenang
Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap permasalahan, tetapi dia tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri atau secara langsung, tetapi dapat menyerahkan tugas dan wewenang tersebut kepada wakil atau staf pengajarnya. Dengan demikian, bial masalah itu berhasil dipecahkan, staf pengajar akan memperoleh kepuasan batin yan besar dan ini sangat penting untuk merangsang motivasi dan rasa percaya diri mereka melakuka segala macam tugas dan pekerjaan sera memecahkan berbagai persoalan sendiri secara lebih baik. Meskipun sebenarnya kepala sekolah mampu mengatasi sendiri kesulitan itu lebih cepat, tetap akan lebih baik jika dia menyerahkan kepada wakil atau stafnya sebagai bahan pelatihan. Tentu saja ada kasus-kasus tertentu yang harus dikecualikan. Jika kesulitan itu begitu sulit dan berbahaya sehingga secara langsung mengancam kelanggengan sekolah, jika memang staf pengajar belum bisa diserahi tugas dan wewenang untuk mengatasinya, atau apabila yang bisa mengatasi suatu masalah memang hanya kepala sekolah, barulah dia turun tangan secra langsung dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada wakil dan staf pengajar untuk mengatasi sendiri kesulitan sendiri yang timbul, kepala sekolah dalam waktu bersamaan telah mendorong dan memupuk pertumbuhan sekolah.
3. Adiraga
Kepala sekolah tidak harus besar, tinggi, ganteng, berotot dan berkumis, tidak pula harus wanita cantik, tinggi semampai laksana bintang iklan, namun demikian, untuk menjadi kepala sekolah harus kuat secara fisik yang disebut harus adiraga. Tuntutan terhadap kepala sekolah terutama yang memimpin sekolah yang besar sangat berat. Sebaik apapun jadwal kerja harian. Mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan yang telah disusunnya, selalu saja ada saat-saat diaman tuntutan dan tekanan kerja terasa begitu berat dipikul, namun demikian, seberata tau sepusing apapun kepala sekolah harus tetap mencadangkan energi dan kreatifitasnya untuk menghadapai berbagai masalah yang rumit, krisis, dan pilihan keputusan yang menentukan. Program pembinaan serta pemeliharaan kesegaran jasmani dan intelektual sangat perlu dijalani demi terjaganya stamina kepala sekolah, khususnya dimasa-masa krisis.
4. Membagi Dan Memanfaatkan Waktu
Salah satu kelemahan utama sebagian besar kepala sekolah adalah kurannya disiplin dalam memanfaatkan setiap waktu dalam memanfaatkan setiap waktu dalam masing-masing kegiatan dalam jadwal kerja yang telah mereka susun sendiri. Artinya, jadwal yang mereka susun demikian padat, sehingga begitu sibuknya dan tidak sempat melakukan refleksi mendalam atau memformulakan perencanaan strategis. Perlu kepala sekolah camkan bahwa jam kerja yang panjang dan tingkat kesibukan yang luar biasa bukanlah ukuran efektifitasnya. Tradisi etos kerja yang diwarisi olehnya justru seringkali bersifat disfungsional atau merugikan. Mereka harus mampu mengelolah jadwal kerja mereka sendiri, bukannya justru diperbudak olehnya.
5. Tanpa Toleransi Atas Ketidakmampuan
Kepala sekolah harus bersedia menetapkan standar-standar tertentu mentaati dan memberlakukannya tanpa pandang bulu pada wakil dan seluruh staf. Kepala sekolah arus selalu memikul tanggung jawab utama terhadap keberhasilan dan terselesaikannya suatu misi. Mereka yang menghambat dan tidak mampu menunjukkan perbaikan jelas merugikan sekolah. Kepala sekolah harus memberhentikan atau mnegurangu tanggung jawab mereka yang menghalangi atau memperlambat upaya atau keberhasilan suatu sekolah. Tanggung jawab utama kepala sekolah adalah kepada institusi secara keseluruhan, bukan pada staf pengajar semata. Demikian pula setiap individu yang tidak kompeten dalam kepala sekolah terpaksa menyingkir. Karena kepentingan sekolah tidak menerima ketidakmampuan atau inkompetensi secara terus menerus, jika yang harus diberhentikan adalah mereka yang memegang posisi atau jabatan kunci misalnya wakil kepala atau bidang ahli ada baiknya jika kepala sekolah melakukan pendekatan secara pribadi.
6. Peduli Pada Staf Pengajar,
Kepala sekolah tidak boleh menganak emaskan staf pengajarnya yang berprestasi saja, tetapi juga harus memperhatikan semua bawahannya yang menunjukkan prestasi dan sikap yang baik serta memilii komitmen yan kuat terhadap pencapaian tujuan bersama. Kepala sekolah tidak boleh menyerahkan penyusunan evaluasi prestasi dan efektifitas staf pengajar kepada mereka sendiri. Karena, mereka yang tergolong asal bapak senang (ABS) akn melebih – lebihkan. Sedangkan yang rendah hati akan menulis sekedarnya, keduanya tidak baik karna tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Jadi kepala sekolah harus mnyusun sendiri untuk menjamin agar laporan evaluasi dan benar-benar objektif dan cermat.
7. Membangun Visi
Kepala sekolah mempunyai visi yang jelas tentang sekolahnya. Kepala sekolah yang tidak mampu bertindak sebagai perencana yang baik, sebenarnya tidak lebih dari petugas pelaksanan, pengawas teknis dan tukang perintah. Meskipun mereka dapat menjalankan roda sekolahnya tanpa fungsi perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan berikut suatu visi strategis, berarti kepala sekolah telah gagal melaksanakan tugas jangka panjangnya. Kepala sekolah yang sepenuhnya menyadari misinya serta nasib staf pengajarnya pasti ingin mengembangkan sekolahnya. Bila suatu saat dia harus pergi, kondisi sekolah pada saat ditinggalkannya tetap jauh lebih baik dan memiliki arah strategis yang lebih pasti dibandingkan dengan kondisi saat ia memulai kepemimpinannya. Perencanaan yang baik, penemuan tujuan secara pasti dan pengurutan skala prioritas akan dapat mewujudkan hal itu, dan sekaligus menciptakan kesinambungan.
8. Mengembangkan Tujuan Insitusi
Manusia sukses memiliki ambisi meskipun tidak boleh ambisius secara membabi buta. Tidak jarang kepala sekolah memaksakan ambisi pribadinya yang menggebu-gebu untuk memastikan bahwa pengembangan dan pematangan sekolahnya menuju tingkat kemajuan, prestasi dan kinerja yang lebih tinggi akan berlangsung secara cermat dan sistematis. Kepala sekolah yang baik adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya. Kepala sekolah yang terlalu ambisius pada akhirnya akan merugikan kepala sekolah itu sendiri, kepala sekolah akan sulit bekerja sama dengan kominutas sekolah lain, padahal pengembangan sekolah memerlukan kerjasama, akibatnya bukan menjadi sumber pemecah masalah, melainkan sumber masalah itu sendiri. Sosok Kepala sekolah yang disukai adalah mereka yang mau mengesampingkan keakuannya sendiri.
9. Cekatan, Tegas Dan Sabar
Kepala sekolah harus mendengarkan pendapat adan pandangan dari pelbagai pihak sebelum mengambil keputusan. Kadang-kadang jika situasinya memaksa, dia perlu menunda keputusan penting untuk beberapa saat sembari mencari informasi tambahan yang sekiranya bermanfaat. Kepala sekolah harus sabar menunggu saat yang benar-benar tepat. Meskipun demikian, dia tetap harus cekatan, cepat dan tegas dalam membuat keputusan. Setiap lembaga atau sekolah memerlukan keputuan yang tepat dan cepat. Jadi, yang dibutuhkan adalah kepala sekolah yang sabar sekaligus tegas dalam mengambil keputusan.
Karena keputusan itu nantinya berlaku untuk semua pihak, sedapat mungkin kepala sekolah harus berkonsultasi dengan sebanyak mungkin pihak untuk mendengarkan pelbagai pendapat, reaksi, koreksi, keberatan, tambahan masikan dan sebagainya dari staf pengajar, wakilnya, pejabat atau petugas pelaksana. Setiap rsiko harus diperhitungkan. Kalau memang masalahnya sangat peka, tidak ada salahnya jika kepala sekolah menunda dulu keputusan itu. Sikap untuk yidak mengambil keputusan sebenarnya juga merupakan suat bentuk keputusan tersendiri. Disamping itu kepala sekolah juga harus mengetahui sepenuhnya bagaimana cara mengimplementasikan atau menerapkan keutusan-keputusan yang telah ditetapkan. Keputusan yang implementasinya buruk tidak akan banyak membuahkan manfaat. Kepala sekolah harus mampu menyiapkan suatu sistem atau mekanisme implementasi untuk menjamin bahwa keputusan tidak sekedar dilaksanakan, tetapi benar-benar dilaksanakansepenuhnya, baik substansi maupun kandungan semangatnya.
10. Berani Instopeksi
Menginstropeksi diri merupakan keharusan bagi semua orang, apalagi bagi yang menduduki posisi pimpinan. Kepala Sekolah yang harus senantiasa melakukan instropeksi untuk mengetahui segenap kekuatan serta kelemahan diri. Dia harus sering mengevaluasi tindakannya, kalau-kalau ada yang keliru. Pimpinan harus mau dan mampu mencerminkan serta menentukan apa yang salah dan apa yang benar dari dirinya pada hari ini, keputusan mana yang perlu ditinjau kembali, serta sejauh mana kedekatannya dengan staf pengajar.
11. Memiliki Konsistensi
Memegang komitmen merupakan cerminan martabat dan harga diri seseorang. Kepala sekolah harus berhati-hati dalam membuat komitmen. Sekali membuat komitmen dia harus mempertahankannya, tidak peduli apakah dia telah dihadang oleh masalah kesehatan, masalah keluarga, masalah lembaga atau krisis lainnya. Keadaan atau keteguhan pada komitmen adalah suatu karakteristik yang mutlak harus dimilikinya.
Kepala Sekolah harus memiliki kemantapan sikap dan konsistensi. Kepala sekolah perlu bersifat fleksibel dan tidak kaku, namun koherensi atau kemantapan sikap dan konsistensi harus perlu dipelihara.
12. Bersikap Terbuka
Kepala sekolah yang terbaik adalah yang pikirannya selalu terbuka, selalu bersedia mendengarkan dari sudut pandang yang baru dan selalu bersemangat menangani hal-hal yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Meskipun sudah menetapkan keputusan, kepala sekolah yang baik tetap bisa bersedia mendengarkan pendapat maupun kritikan yang menentang keputusannya itu dan menyimak pendekatan-pendekatan baru yang muncul. Kepala sekolah memnag tidak boleh terlalu sering meninjau kembali keputusan yang sudah diambilnya, karena itu akan mengancam konsistensi keputusan. Akan tetapi dia juga salah kalau sama seklai tidak pernah mengadkan peninjauan ulang atas keputuan yang telah dibuat, karena itu menumbuhkan sifat kaku dan infleksibel yang pada akhirnya akan sama berbahayanya bagi sekolah.
13. Berjati Diri Tinggi
Manusia yang baik memiliki jati diri yang jelas, demikian pula kepala sekolah yang baik, jatidirinyapun sangat jelas. Bila sekolah berhasil menetapkan dan mempertahankan standar jatidiri dan kehormatan yang tinggi, segenap anggotanya akan sangat bangga dan bahagia. Individu yang paling bertanggung jawab untuk mewujudkan hal itu adalah kepala sekolah. Peranan kepala sekolah memang sangat luas jangkauannya.
Kepala sekolah lah yang harus memberikan teladan tentang bagaimana berpakaian yang rapi bersikap sopan, bergaul secara baik, memperhatikan tatakrama, mencegah kenngkuhan dan menghindari kesombongan bagaimana caranya menggalang kegotongroyongan dan memupuk suasana kekeluargaan, menjalin relasi, familiaritas antraa sesama anggota sekolah. Antara lain dengan menumbuhkan sikap tolong menolong bagaimana menyambut anggota baru secara hangat dan sebagainya. Jika semua itu terbina dengan baik moral kerja dan kinerja sekolah secara keseluruhan akan terjaga bahkan meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
Bafadal,
I & Imron, A. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Malang: Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen.
Danim, Sudarwan & Suparno. 2009. Manajemen Dan
KepemimpinanTransformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah untuk Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Depdiknas.
2003. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Professional.
Bandung: Rosda.
Rohiat. 2008. Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah.
Bandung: Refika Aditama.